Kisah ku
Anjingku ”Siputih”
Putih... putih... putih... putih....kata itu tak mungkin lagi ada mengapa engkau pergi putih? hatiku sangat sedih L dulu kala ku pulang liburan engkau selalu setia dan selalu menjemputku dengan gonggongan khasmu. Mengapa pada libur tahun ini engkau tidak menjemputku? walaupun hanya seekor anjing engau adalah temanku engkau ada diwaktu bahagia dan sedihku. Kita tak mungkin lagi berjumpa selamat jalan putihku. Mama sadam...! mengapa kau bunuh putihku aku sangat sedih...! membuang kotoran ikan saja sembarangan hingga putihku sempat memakannya kalau aku tidak mengingat suamimu yang baik padaku sudah kulempar kau dengan batu!
Ketika mengikuti Masa Orientasi Masuk SMP |
Selasa 24 September 1996
Pantun
- Asam pauh dari seberangDimuat orang dalam pedati
Badan jauh dirantau orang
Kalau sakit siapa mengobati
- Kalau ada kampung yang baruBunga kenanga dikupas jangan
Kalau ada sahabat yang baru
Sahabat yang lama dibuang jangan
Kamis 10 Oktober 1996
Pantun
Janganlah engkau bersifat seperti peluru
Diluarnya emas didalamnya berisi racun
Tapi bersifatlah seperti lilin
Ia relah hancur menerangi kegelapan
Senin 16 Desember 1996. 19:15
Kisah ku
Untung tidak gugup, karena untuk pertama kalinya ikut lakon drama Natal bersama teman-teman sekolah minggu GMIST Immanuel Beo kolom XX, dihadiri mewakili pemerintah kecamatan Beo oleh bapak Camat Dides Liando dan unsur Tripika lainya, malam itu dalam suatu adegan aku bertindak sebagai ”Daun”dengan syair :
”Namaku Daun warnaku ada yang hijau tua dan hijau muda
Bentukku bermacam-macam ada yang kecil, besar dan lain-lain walaupun aku tidak berkembang tapi kalau tanpa daun, maka bunga-bunga jelek kelihatan Oleh sebab itu daun lah yang paling Indah”.
Dalam drama ini ada teman-teman yangl lain berperan sebagai bunga, air, pas bunga, dan tanah, namun ketika dipersatukan nampaklah sebuah bunga yang indah. Kesimpulan nya adalah walapaun berbeda bentuk dan fungsi kita sebagai jemaat Tuhan mempunyai tujuan yang satu yaitu menjadi indah dalam rencana-Nya.
Post a Comment